PUBLIKA.CO.ID – Bau menyengat dari timbunan ribuan ton sampah sejenak membuat nafas terhenti, rasanya perlu menyesuaikan diri agar hidung terbiasa. di tempat inilah, ada ratusan kepala menggantungkan hidup, mengadu peruntungan dari beragam jenis sampah. Galeri ini adalah Realitas di TPA Terjun , Jalan Marelan Raya, Kelurahan Rengas Pulau, Medan beberpa waktu lalu.

Sulistiyo (70), datang ke sumut pada tahun 90-an meninggalkan kampung halamannya di Jawa Tengah, ia berharap kepindahannya itu dapat mengubah perekonomian. Tapi apa dinyana, jalan nasib nasib bicara lain, Ia kini bergelut dengan timbunan sampah demi mendapatka 20 ribu-50 ribu rupiah per harinya.
“Dulu saya datang dari Jawa Tengah setelah sejak tahun 90 dirinya sudah menjadi pemulung sampah, mencari botol-botol bekas, pelastik bekas yang akan dijual kembali sebagai bahan daur ulang,” ucapnya kepada Publika.

Dari Pantauan Publika, ratusan pemulung mencari barang -barang bekas menggunkan karung, dan menggunakan sebatang besi yang dipakai untuk mengorek sampah yang sudah tertimbun. saat waktu makan siang tiba, tanpa terganggu aroma sampah mereka membuka perbekalan lalu menyantapnya di atas hamparan sampah ini.

Walaupun demikian, mereka adalah bagian penting dari perputaran pengelolaan sampah di Kota Medan, sehingga kota Medan sebagai Kota Metropolitan dapat terbebas dari timbunan sampah di tempat pembuangan sementara. sekali sistem pengendalian sampah ini terhenti, akan terbayang betapa hebohnya warga Kota Medan dengan tumpukan sampah yang tidak terangkut.


Penulis dan Foto: Kartik Byma
Editor : Bim Harahap
Komentar Facebook