PUBLIKA TARAKAN-Aksi penyerangan yang terjadi pada Senin malam 24/2/2024 di Polres Tarakan dan dampaknya terhadap hubungan antara TNI dan Polri. Dengan mengutip pernyataan dari Hendardi Ketua SETARA Institute, Kita akan merenungkan akarmasalah dari konflik ini dan upaya-upaya substansial yang perlu dilakukan untuk meredakan ketegangan. kita eksplorasi lebih jauh tentang pentingnya membangun karakter patriotik dan kepatuhan pada disiplin bernegara sebagai langkah menuju stabilitas politik yang berkelanjutan.
Tindakan ini tidak hanya mencoreng citra institusi, tetapi juga memperburuk ketegangan yang sudah berlarut-larut antara TNI dan Polri.
“Tindakan tersebut merupakan tindakan keji, premanisme dan manifestasi Esprit de Corps atau jiwa korsa yang keliru dan memalukan,” ujar Hendardi dalam keterangan pers yang diterima Media ujar Hendardi,Selasa (25/2/2025).
Insiden penyerangan yang terjadi di Polres Tarakan baru-baru ini telah menimbulkan sorotan tajam terhadap hubungan antara TNI dan Polri. SETARA Institute menyoroti bahwa konflik antara kedua institusi ini bukanlah masalah baru, dengan lebih dari 37 insiden ketegangan tercatat dalam sepuluh tahun terakhir. Lebih dari sekedar masalah tugas kemiliteran, konflik ini sering kali dipicu oleh persoalan pribadi, kesalahpahaman, atau provokasi dari pihak ketiga.
Penting untuk diingat bahwa penanganan konflik ini tidak bisa hanya bersifat simbolis atau di tingkat elit semata. Upaya substansial dan fundamental diperlukan untuk menyelesaikan akar masalah tersebut. Hal ini termasuk membangun karakter patriotik dan mengedepankan supremasi sipil sebagai pemimpin politik, sesuai dengan konstitusi yang berlaku. Kita harus memastikan bahwa setiap langkah yang diambil menghormati batasan peran yang telah ditetapkan.
Di tengah perebutan kewenangan di level elite, politisi sipil juga perlu berhati-hati dalam menjaga keseimbangan antara TNI dan Polri. Revisi undang-undang yang sedang dirancang oleh DPR harus tetap berlandaskan pada prinsip-prinsip konstitusi yang ada, tanpa mencoba menguntungkan pihak-pihak tertentu yang justru dapat memperburuk keadaan. Kita harus belajar dari insiden ini bahwa ketegangan yang tidak ditangani dengan tepat dapat berujung pada instabilitas politik yang merugikan bangsa.
Maka dari itu, langkah-langkah konkret perlu segera diambil untuk mengatasi krisis jiwa korsa yang sedang terjadi. Pembangunan karakter patriotik dan kepatuhan pada disiplin bernegara harus menjadi prioritas utama, dengan memastikan bahwa supremasi sipil tetap menjadi landasan bagi kepemimpinan politik. Dengan demikian, kita dapat menuju ke arah terobosan yang membawa dampak positif bagi kedua institusi, TNI dan Polri, serta stabilitas politik secara keseluruhan.
Mari kita bersama-sama merenungkan dan bertindak untuk menyelesaikan konflik ini secara substansial dan fundamental, sebagai langkah awal menuju kedamaian dan ketenangan yang kita harapkan. Ini dapat menjadi pemantik diskusi dan refleksi bagi semua pihak yang terlibat, demi membangun masa depan yang lebih baik bagi bangsa dan negara. (MD)