PUBLIKA.CO.ID.JAKARTA–Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) berniat menghapus jurusan pada tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di tahun ajaran 2024/2025.
Penghapusan jurusan SMA di Indonesia ini tentunya menuai polemik dikalangan masyarakat yang akhirnya menjadi trending topik baru-baru ini.
Jurusan IPA, IPS dan Bahasa yang biasanya akan dipilih ketika siswa berada di kelas 11 dan 12 rencananya akan dihapus oleh pemerintah dan diganti dengan pemilihan mata Pelajaran yang diminati.
Salah satu alasan penghapusan jurusan SMA ini adalah sebagai bentuk implementasi dari kurikulum Merdeka Belajar yang dipelopori oleh Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim.
Menurut Anindito Aditomo selaku Kepala Badan Standar Nasional Kurikulum dan Asesmen Pendidik (BSKAP) Kemendikbud Ristek, dengan adanya penghapusan jurusan di SMA, nantinya Kurikulum Merdeka yang saat ini diterapkan akan mendorong siswa melakukan eksplorasi dan refleksi dari minat bakat serta aspirasi karir yang mana kemudian mereka akan mengambil mata Pelajaran pilihan secara lebih fleksibel.
Dan hal itu bisa disesuaikan dengan rencana di masa depan bagi siswa yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Pada faktanya, penghapusan jurusan SMA ini sebenarnya telah dilakukan sejak tahun 2021 lalu secara bertahap di beberapa sekolah pada beberapa wilayah di Indonesia.
Saat ini, siswa SMA tidak akan mendapatkan lagi pemilihan jurusan melainkan boleh memilih mata Pelajaran yang sesuai dengan minat dan bakat mereka dimana nantinya akan berhubungan dengan program studi yang akan mereka ambil ketika di perguruan tinggi.
Tentu kebijakan baru seperti ini tak luput dari berbagai pro kontra dari masyarakat selaku pelaku utama nanti yang akan menerapkan kebijakan tersebut.
Maka tak heran, banyak keluhan serta pertanyaan yang begitu besar dari masyarakat soal bagaimana implementasi kebijakan ini kedepannya.
Salah satu yang dipertanyakan oleh masyarakat adalah soal ketersediaannya guru dari mata Pelajaran yang nantinya akan dipilih.
Tentunya ada kemungkinan bahwa siswa nantinya hanya akan mengambil mata pelajaran yang mudah dan disukai saja, namun mata pelajaran lain bisa saja sepi peminat.
Seperti beberapa komentar warganet berikut ini yang dikutip Ayojakarta.com pada kanal youTube siaran Metro TV, Sabtu (20/7/2024).
“Dilemanya adalah bukan penyesuaian keinginan murid, tapi juga menyesuaikan ketersediaan guru sesuai minat.. jadi nggak ideal lagi…,” ujar akun @jonodaunbiru8667.
Selain itu, ada juga yang menyarankan agar penerapan kebijakan ini haruslah dibarengi dengan pembuatan sistem pembelajaran yang baik bagi siswa khususnya soal kelanjutan setelah lulus baik itu ke perguruan tinggi maupun yang ingin langsung kerja.
“Bila program jurusan diubah ,maka sistem pembelajarannya juga harus disesuaikan dengan bidang yg dipilihnya, diperhatikan dengan betul sistemnya, bila teknik maka harus berapa % teori dan berapa % praktek ,karena bila lulus sudah siap dalam masuk PT. Dan bila tidak melanjutkan ke PT maka dia siap.kerja,” timpal akun @momojibon9883.
Banyak juga warganet yang rupanya setuju akan keputusan penghapusan jurusan SMA ini karena dianggapnya bukan sebuah jaminan kesuksesan anak di masa depan.
“Kelihatanya siswa fokus ke minat dan bakatnya apa, siswa tau rencana kedepannya mau apa, siswa tdk jadi bingung. Mau kemana nantinya menerapkan pengetahuannya,” kata akun @seprarion7231.
(IB.S)