Harus Multidisiplin:Ilmu Kunci Pendidikan Hukum

MADE

PUBLIKA. JAKARTA-Adanya pendekatan ilmu multidisiplin dapat mengintegrasikan berbagai perspektif dan pengetahuan dari beberapa disiplin.

Pendidikan ilmu hukum saat ini dinilai tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan dari ilmu pengetahuan lainnya. Pemecahan studi hukum ada kalanya menggunakan pendekatan secara multidisipliner karena masalahnya berkaitan dengan banyak ilmu.

“Sistem pembelajaran sekarang dikenal dengan pendekatan multidisiplin, banyak kurikulum yang berubah bukan konsentrasinya lagi, tapi sudah multidisiplin,” ujar Dekan FHUI Parulian Paidi Aritonang dalam Seminar Nasional Hukum di Indonesia dalam Perspektif dalam rangka Perayaan Dies Natalis 100 Tahun Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI), yang juga disiarkan secara daring, Rabu (10/7/2024).

Hal ini juga yang menurutnya menjadikan jurusan program studi ilmu hukum menjadi jurusan favorit. Alasannya karena lulusan ilmu hukum dapat bekerja di bidang lain, tidak hanya terbatas pada profesi sebagai aparat penegak hukum saja.

“Jurusan Hukum kian diminati karena sarjana hukum sudah bisa kemana-mana karena harus bekerja sama dengan disiplin ilmu yang lain,” lanjut Parulian.

Baca juga  Kabar Baik Buat Rakyat,”Bantuan Beras Dilanjutkan Sampai Desember 2024 Ujar Jokowi

Di Universitas Indonesia sendiri Fakultas Hukum masih menjadi idola setelah Fakultas Kedokteran. Selain lulusannya yang bisa bekerja di bidang apa saja, terdapat juga kepuasan terhadap pengajaran. Meski saat ini profesor di FHUI belum banyak, namun tidak mengurangi kualitas pengajaran di FHUI.

Multidisiplin ilmu memiliki peran penting sebagai solusi masa depan. Tantangan ke depan yang akan dihadapi tidak hanya pada satu disiplin ilmu saja tetapi juga untuk memecahkan masalah kompleks.

Adanya pendekatan ilmu multidisiplin dapat mengintegrasikan berbagai perspektif dan pengetahuan dari beberapa disiplin untuk memahami secara komprehensif dan menemukan solusi yang efektif.

Adanya pendekatan ilmu multidisiplin dapat mengintegrasikan berbagai perspektif dan pengetahuan dari beberapa disiplin.

“Sejak diterapkannya kurikulum 2020 di FHUI, pendekatan multidisiplin mulai diimplementasikan dalam pengajaran,” ujarnya. 

Baca juga  Sri Mulyani Pastikan Makan Bergizi Gratis Tak Pakai Dana BOS

Multidisiplin dipilih dalam rangka mempersiapkan lulusan FHUI untuk memahami permasalahan di masyarakat dari berbagai perspektif. Fokus utama pemahamannya tetap pada ilmu hukum. Beberapa peminatan atau mata kuliah yang telah menerapkan studi multidisiplin yaitu peminatan socio-legal studiesyaitu hukum dan masyarakat. Ada juga mata kuliah keamanan dan ketahanan siber di program sarjana.

“Semua membutuhkan hukum, jadi evolusinya sudah menarik, karena sekarang populasi dan ilmunya berkembang,” lanjut Parulian

Dasawarsa mendatang adalah masa transisi menuju masyarakat dengan informasi berteknologi maju yang sarat dengan dinamika penggunaan ilmu pengetahuan. Hal itu meliputi teknologi, sains, ilmu kemanusiaan secara intensif, keterkaitan global, infrastruktur yang terintegrasi, dan menuntut sumber daya insani yang kreatif dan inovatif

Parulian tidak menampik ada kemunduran dari generasi baru-baru ini soal keterampilan berhubungan sosial. Ia melihat kemunduran tersebut akibat dari korban pandemi, pembelajaran yang dibiasakan lewat aplikasi daring, dan kemudahan mendapat informasi hanya dari internet.

Baca juga  Pendaftaran Dibuka (20/8), Ini Formasi CPNS 2024 & Cara Buat Akun Sscasn.bkn.go.id

“Sekarang skill berorganisasi dan bersosial agak low. Sepertinya kemajuan teknologi juga perlu diantisipasi dan perlu manajemen penggunaan teknologi,” ujarnya.

Meski lulusan FHUI tidak perlu diragukan lagi, ia melihat tugas para pengajar di FHUI perlu menyiapkan alumni yang memiliki kemampuan bersosial. Tentu dengan tetap berkemampuan memanfaatkan teknologi tanpa batas.

Ia juga tidak menampik plagiarisme meningkat sebagai efek dari kemudahan teknologi. Kasusnya di FHUI saat ini melonjak tinggi. Diketahui tugas mahasiswa yang dibuat menggunakan Artificial Intelligence atau AI mencapai 30%. Pihak fakultas telah mengantisipasi dengan penggunaan teknologi yang bisa mendeteksi plagiasi tersebut. FHUI berkomitmen terus menjaga kredibilitas, kejujuran, dan kualitas lulusannya.

“Kami punya teknologi canggihnya, sehingga kami bisa tetap menjaga agar tetap melahirkan lulusan yang berkualitas,” tegasnya.

(Redaksi)

Baca Juga

Bagikan:

Tags