Jembrana – Para perajin Tenun cagcag di desa Sangkaragung, Kecamatan Jembrana sejak beberapa tahun ini meredup. Para perajut tenun khas Jembrana iki seolah tenggelam, meskipun sudah ada Gedung Sentra Tenun di Pendem, Jembrana. Dampak langsung keberadaan Gedung sentra Tenun yang juga difungsikan untuk oleh-oleh itu tidak dirasakan para penenun di desa Sangkaragung.
Sejumlah perajin Tenun cagcag, mengaku kecewa dan sangat miris karena sistem penjualan tenunan hasil mereka. Kalaupun ada pesanan untuk di Gedung Sentra Tenun sifatnya hanya dititip lalu dibandrol dengan harga yang jauh lebih tinggi.
“Tidak dibayar langsung, menunggu sampai laku, hanya dipajang disana (Gedung Sentra Tenun). Kita yang perajin kecil kesulitan untuk uang berputar, ” ujar Putu Wardani, salah seorang perajin Tenun cagcag, Selasa (17/11/2024). Karena itulah, para penenun enggan menitipkan di Gedung Sentra Tenun.
Penenun menjual Rp 500 ribu, biasanya diambil pengepul harga Rp Rp 600 ribu. Namun ketika dijual di Sentra Tenun dibrandol hingga Rp 1 juta lebih dengan alasan pajak. Sementara penjualan juga sangat jarang, lantaran Gedung Sentra Tenun itu juga sepi pengunjung. Meskipun di beberapa even, hotel atau akomodasi pariwisata lainnya di Jembrana juga diminta untuk mengarahkan tamu ke gedung tersebut. Barang yang dipajang juga lebih banyak produk makanan.
Selain modal pas-pasan, mereka juga kalah dengan tenun lainnya yang lebih modern. Sangkaragung yang dulunya menjadi desa seni dan dinobatkan sebagai sentra tenun cagcag sepi order. Minimal saat kegiatan atau even-even mereka berharap bisa dilibatkan. “Selama ini jarang, lebih banyak yang tenun modern dan sudah kuat (modal), kami yang penenun kecil ini kesulitan,” ujar penenun lain, Ni Ketut Nirti.
Di Kelurahan Sangkaragung, banyak penenun yang sebagian besar ibu rumah tangga menggunakan alat tenun cagcag. Mereka masih mempertahankan kerajinan tradisional itu secara turun temurun. Bahkan beberapa alat tenun cagcag berumur lama digunakan secara turun temurun. (MD)