Sejarah Desa Batuagung,Kabupaten Jembrana-Bali

MADE

PUBLIKA.CO.ID.—Sejarah Desa Batuagung Kabupaten Jembrana Provinsi Bali yang sekarang ini beserta desa-desa disekitarnya jelas merupakan pedesaan yang dirintis sejak abad ke 18, Setelah menempati fungsi rimbanya hampir dua abad lamanya, dan pada waktu itu masih terkenal dengan nama Jimbarwana yang berarti hutan belantara yang berarti luas. Untuk mengetahui, keadaan serta perkembangan yang luas, kita perlu mengenal masa-masa lampau, atau dengan kata lain “Kita tidak akan dapat meninggalkan sejarah”. Adapun kejadian dimasa lampau yang pernah dengan jejak-jejak akan jelas menjadi dasar perkembangan yang akan datang.

Bila kita tinjau,” pada batas bagian selatan Desa Batuagung dahulu merupakan dataran bekas kerajaan Jembrana yang terletak disebelah barat sungai Tukadaya. Dan dari kerajaan Jembrana ini puluhan timbulnya nama Batuagung serta perkembangan desa-desa disekitarnya, yang secara singkat dapat kami sampaikan sebagai berikut.

Singkat sejarah diawali setelah musnahnya Kerajaan Berambang sekitar tahun 1690, yang disebabkan oleh air bah dan erosi yang dahsyat atau tanah longsor. Setelah musnahnya Kerajaan Berangbang, Manca Agung Kerjaan Berambang yaitu I Gusti Made Yasa kembali ke Mengwi menghaturkan kehadapan raja perihal musibah yang menimpa keluarganya dan rakyatnya yang menjadi korban.

Tiada beberapa lama beliau mendapat perintah untuk kembali ke Tamblang (Jembrana) dengan sistem Imigrasi purba sebanyak 100 orang komplit dan membangun Puri baru disebelah barat sungai Tukadaya yang bernama Puri Andul dan I Gusti Made Yasa menjabat sebagai Manca Agung.

Dikisahkan di Puri lama tidak ada raja yang memerintah, maupun yang akan mengantian I Gusti Made Yasa sebagai Manca Agung, maka berangkatlah lagi I Gusti Made Yasa ke Mengwi untuk memohon Putra Raja yang akan diangkat menjadi Raja Jembrana. Setelah permohonan I Gusti Made Yasa dikabulkan oleh Raja,” terjadilah Imigrassi yang keduakalinya ke Jembrana berjumlah 200 orang komplit, yang dipimpin oleh kedua Raja I Gusti Ngurah Takmung (Asal Desa Takmung, Klungkung) dan Putra Raja yang masih kecil yang bernama I Gusti Alit Takmung, dan semua rombongan diterima di Puri Andul.

Singkat sejarah,” setelah putra Raja Mengwi (I Gusti Alit Takmung), beliau dinobatkan menjadi Raja Jembrana dengan gelar Anak Agung Ngurah Jembrana, dan membangun Puri baru sekitar tahun 1715 yang diberi nama Puri Agung Jembrana, sedangkan diwilayah disekitar puri radius 200 M.

Diberinama wilayah Jembrana,”yang sampai sekarang menjadi sebuah kota kecil disebelah barat sungai Tukadaya yang bernama Jembrana.

Sebelum beliau dinobatkan menjadi Raja Jembrana, dimana kerjaan waktu itu belum ada Brahmana, beliau bertapa disebuah batu besar yang terletak disebelah barat sungai Tukadaya dan tidak jauh dai Puri Andul.

Baca juga  Praktik Prostitusi Pink Palace Bali Spa, Ber’omzet Miliaran.

Didalam sebaliknya beliau berhasil mendapatkan wahyu yang isinya agar beliau membangun stana (pelinggih) tempat pemujaan Siva untuk memohon keselamatan bersama baik keluarga Raja maupun masyarakat sekitar Puri. Akhirnya untuk mewujudkan wahyu dari hasil semedinya itu, oleh Raja dibangunlah sebuah candi di dekat batu itu dan candi itu diberi nama Candi Rawi, dan karena batu tempat beliau bertapa dianggap bernilai mulia ata besar, maka lokasi disekitar batu tempat beliau bertapa dianggap bernilai mulia atau besar, maka dilokasi disekitar batu itu diberi nama Batuagung.

Demikian sejarah asal nama Batuagung, dan sekarang batu yang bersejarah itu berada di sungai. Karena seringnya terjadi banjir maka lokasi batu tersebut menjadi sebuah sungai. Sedangkan Candi Rawi yang ada didekat batu itu telah dipindahkan oleh Raja Jembrana III. Dari wilayah Batuagung yang hanya mencapai radius yang beberapa puluh meter saja, akhirnya dikit berdikit mulai berkembang disertai pula dengan timbulnya daerah–daerah pemukiman yang baru, seperti disebelah timur lokasi Batuagung terdapat tanah pemukiman yang baru yang terjadi dari tanah delta yang makin lama makin bertambah luas dan subur. Karena tempat itu terjadi dari tanah yang baru, maka wilayah tempat tersebut diberinama Banjar Anyar.

Kedua wilayah inilah pada waktu itu memegang peranan penting dimana masing-masing wilayah dipimpin oleh seorang Kelihan untuk wilayah Banjar Anyar yang mempunyai wilayah dari Banjar Anyar terus keutara dipimpin oleh Kelihan Desa Banjar Anyar yaitu : Ajin Ida Bagus Japa dan kemudian dilanjutkan oleh Ida Komang Banjar sebagai pengganti beliau. Sedangkan untuk wilayah Batuagung keutara dipimpin oleh Kelihan Desa Batuagung yang bernama Pan Kinon. Sebelum diperintah oleh Kelihan-kelihan Desa wilayah-wilayah tersebut dipimpin oleh Kepala-kepala Tri Wangsa.

Dari kedua wilayah inilah Desa Batuagung mulai mengembangkan potensi desanya secara sederhana, yang memungkinkan memberikan jaminan hidup para petani waktu itu. Wilayahnyapun mulai berkembang mengikuti perkembangan pendudunya, baik diwilayah Banjar Anyar keutara, maupun diwilayah atau sembilan banjar yang secara singkat kami sampaikan sebagai berikut :

Disebelah barat Banjar Batuagung sekarang merupakan dataran tempat perkembangan Raja Jembrana, yang khusus ditanami sulasih harum yang berfungsi sebagai bahan untuk pekramasan Raja. Setelah menjadi pemukiman penduduk, wilayah ini kemudian diberinama Banjar Tegalasih.

Sedangkan wilayah Batuagung yang sebelumnya merupakan wilayah yang paling luas dan kini telah dikembangkan menjadi dua banjar yaitu dibagian selatan kemudian diberi nama Banjar Batuagung, nama Batuagung diambil dari batu besar tempat bertapa/semedi Raja Jembrana, sedangkan disebelah utaranya diberinama Banjar Taman, nama Taman diambil dari nama sebuah pertamanan Raja Jembrana yang pertama yang dibangun disebelah barat lokasi batu tempat beliau bertapa.

Baca juga  Hendak Selfie, WNA Italia Tewas  Jatuh dari Tebing

 Disana beliau membangun Pura Ulun Danu dan sekaligus beliau membangun Pura Ulun Sui untuk pemujaan Wisnu, dan disekitarnya dibuat kolam ditandai bunga-bunga  kemudian tempat ini diberinama Taman Sari, dan sekarang lebih kenal dengan nama kata Taman yang berfungsi sebagai tempat penyucian yadnya dan pengenteg mertha bagi masyarakat umat Hindu di Desa Batuagung dan desa-desa disekitarnya. Wilayah diselkitar Taman inilah sekarang disebut dengan nama Banjar Taman.

Disebelah utara Banjar Taman merupakan dataran tinggi dimana pada tahun 1520 wilayah ini diperintah oleh seseorang Anglurah yang bernama I Gusti Ngurah Sawe, setelah beliau meninggal, daerah pemukiman penduduk disini diberi nama Banjar Sawe.

Sedangkan disebelah utara Banjar Sawe, pada waktu perabatan membuat pemukiman dan pembuatan jalan. Oleh penduduk diketemukan sejenis Sarkopagus (tempat mayat dari batu) dalam ukuran kecil yang oleh pendudukan setempat lebih dikenal dengan nama Palunganbatu. Sehingga sampai sekarang wilayah sekitar diketemukan palungan dari batu tersebut diberinama Banjar Palunganbatu.

Kemudian kita lihat pengembangan pemukiman disebelah utara Banjar Anyar sebelum wilayah ini menjadi tempat pemukiman seperti sekarang ini, tempat ini merupakan tanah-tanah yang masih kosong. Dan tanah-tanah disini merupakan tanah yang sulit dikerjakan karena sulitnya irigasi, sehingga petani-petani yang mempunyai tanah disini menderita (metanaan). Dan untuk mendapatakan air irigasi disebutlah duwur- lemah duwur karena demikian keadaan petani dan keadaan tanahnya, maka wilayah itu kemudian diberinama Banjar Petahanan.

Disebelah utara Banjar Petanahan merupakan dataran tinggi yang berbukit-bukit dan diberinama Banjar Masean, nama masean diambil dari nama Yeh Masee yang diketemukan penduduk disebelah barat laut SD No. 3 Batuagung yang akhirnya melalui tukad sebual, maka wilayah kemudian diberinama Banjar Masean, sebelum bernama Bajera karena disini dulu tumbuh banyak pohon bajera.

Dan disebelah utara Banjar Masean merupakan wilayah yang paling utara dan paling timur sehingga perbatasan dengan Kecamatan Mendoyo ialah Banjar Panceseming, nama Panceseming diambil dari nama sungai yang bercabang lima atau dari kata panca dan semi: panca berarti lima, sedangkan semi berarti luas atau cabang. Semua cabang ini merupakan cabang dari Sungai Mendoyo (Tukad Mendoyo). Adapun dari sungai tersebut kelima ialah: 

  1. Panca Gede
  2. Panca Seming
  3. Panca Gua
  4. Panca Moding
  5. Panca Cerik 
Baca juga  Kodim 1617/Jembrana Panen Padi di Wilayah Krisis Air

Demikian secara singkat penjelasan perkembangan wilayah-wilayah sehingga sampai saat ini Desa Batuagung mempunyai sembilan wilayah atau sembilan banjar yang tergabung dibawah pemerintah desa yaitu Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, yang dikepalai oleh seseorang kepala desa yang diperintahnya telah diatur sesuai dengan Undang-Undang No.5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa.

Kemudian desa ini terus berkembang mengikuti jamannya. Pada saat ini penduduknya sedang berkembang terutama perkembangan swadaya dan partisipasi dalam melaksanakan program pembangunan nasional.

Adapun pejabat-pejabat yang pernah menjadi kelihan desa di Batuagung adalah: 

  1. Kelihan Desa Banjar Anyar
    • Pan Kinon
    • I Ngh Kinon
  2. Kelihan Desa Batuagung
  1. Ida Pt Japa
  2. Ajin Dayu Putu Kompyang
  3. Ida Bagus Komang Banjar

Setelah istilah kelihan desa diganti menjadi Perbekel atau Kelihan Desa maka tahun 1930 telah dipilih I Nengah Kinon sebagai Perbekel atau Kepala Desa Batuagung yang pertama dengan wilayah desanya meliputi: Banjar Batuagung, Banjar Anyar, Banjar Sawe, Banjar Petanahan, Banjar Masean, dan Banjar Panceseming.

Setelah diadakan pemekaran dan penyempurnaan nama-nama banjar akhirnya Desa Batuagung dibagi atas 9 banjar dusun yaitu:

  1. Banjar Batuagung
  2. Banjar Taman
  3. Banjar Tegalasih
  4. Banjar Anyar
  5. Banjar Sawe
  6. Banjar Petanahan
  7. Banjar Masean
  8. Banjar Palunganbatu
  9. Banjar Pancaseming

Demikianlah sejarah singkat Desa Batuagung serta latar belakang perkembangannya sampai sekarang. Adapun sumber-sumber sejarah untuk menyusun sejarah Desa Batuagung dan latar belakang perkembangannya ialah:

  1. Babad Sri Aji Basang Tamyang.
  2. Faklore Legenda Rakyat tentang sejarah Kerajaan Jembrana.
  3. Beberapa bukti-bukti sejarah antara lain, seperti:
  • Sebuah Kori Arsitektur Jembrana abad ke-17 yang terletak di Jero Andul.
  • Batu besar bekas tempat pertapaan raja, yang sekarang berada di Sungai Tukadaya yang masih dikramatkan.
  • Pura Candi Rawi, pindahan dari Candi Rawi yang dibangun raja dekat batu pertapaan beliau, sekarang berada di batas bagian selatan desa Batuagung.
  • Taman yang sampai saat ini difungsikan sebagai tempat penyucian Yadnya dan Pengenteg Merta bagi Umat Hindu.
  • Palungan dari batu yang sekarang berada di Pura Palunganbatu
  • Yeh Mesehan yang berada di Tukad Sebual, di sebelah barat laut SD No. 3 Batuagung.
  • Lemah Duwur Banjar Petanahan yang sekarang sudah dibuat permanen dengan bantuan Pemerintah pada tahun 1985.
  • Sebuah sungai yang bercabang lima di Banjar Panceseming.

Sumber : Profil Desa Batuagung 2021.
(Gus Bandung)

Baca Juga

Bagikan:

Tags