Sejarah Pulau Tidung yang Dulu Dihuni Raja dari Kalimantan

Selasa, 30 September 2025

PUBLIKA-PULAU Tidung dikenal sebagai salah satu destinasi wisata populer di Kepulauan Seribu, Jakarta. Tak banyak yang tahu bahwa pulau ini dulu bernama Pulau Air Besar. Lalu bagaimana namanya berganti menjadi Pulau Tidung?

Kisah pergantian nama ini berawal dari sejarah pengasingan Raja Tidung dari Kalimantan Utara pada masa kolonial. Didin, pemandu wisata Pulau Tidung, mengatakan bahwa Raja Tidung yang bernama Aji Muhammad Sapu, yang bergelar Raja Pandita, dulu diasingkan oleh Belanda karena dianggap membangkang.

Pegasingan itu berlangsung pada 1892. Raja tersebut meninggal pada 1898.

Baca juga  Teman dan Warga Temukan Hal Aneh Pada Korban, Diduga AKG di Pukul

Makam Raja Tidung

Jejak keberadaan Raja Tidung di pulau ini masih bisa ditemukan. Di tengah pulau, terdapat sebuah bangunan peresegi tempat makam sang raja berada. “Di dalam situ ada tiga makam, Raja Tidung, istrinya, dan ananya,” kata Didin di Pulau Tidung, Sabtu, 27 September 2025.

Bangunan berwarna putih dan kuning itu dikelilingi pagar tembok setinggi dada orang dewasa. Pagarnya terkunci. “Hanya

keturunannya yang boleh masuk,” kata Didin.

Tembok yang menghadap ke depan bertuliskan “Makam Raja Tidung XIII, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. Di dalam pagar terdapat prasasti makam yang ditandatangani oleh Bupati Kepulauan Seribu Ahmad Ludfi pada 2011. Selain itu, terdapat papan keterangan makam, termasuk kisah hidup Raja Pandita.

Baca juga  Kapolda Kaltara Sampaikan Terima Kasih kepada Uskup di Momen Ulang Tahun ke-58

Pengasingan Raja Pandita

Menurut keterangan di papan tersebut, Raja Pandita yang memiliki nama panggilan Kaca lahir di Malinau pada 1817. Pemimpin Suku Tidung itu menolak tunduk pada penjajah.

Karena sikapnya itu, dia beberapa kali diasingkan. Pertama, dia dibawa ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Di sana ia menikah dengan Teah. Setelah dari Banjarmasin, dia sempat diasingkan ke Jepara lalu Batavia.

Baca juga  Bupati Bulungan Sampaikan Jawaban Pemerintah atas Pemandangan Umum DPRD

Dari Batavia, Raja Pandita dan istrinya melarikan diri ke Pulau Air dan mengubah namanya menjadi Aji Muhammad Sapu. Ia pun mengubah nama Pulau Air menjadi Tidung untuk mengingat Kerajaan Tidung. Di Tidung, ia dan istrinya memiliki anak bernama Hamidun yang kelak melahirkan keturunan yang menjadi warga pulau ini Dikutif tempo.

Pulau Tidung kini tak hanya dihuni keturunan Raja Pandita. Pulau ini juga ditinggali suku-suku lain seperti Betawi, Banten, Bugis, juga Jawa. Setiap akhir pekan, pulau ini ramai oleh wisatawan yang ingin menikmati keindahan.

Bagikan:
Berita Terkait